Thursday 5 February 2015

ASSALAAMU’ALAIKUM JAPAN

ASSALAAMU’ALAIKUM JAPAN
Oleh Farikhatul Jannah

Setetes air mata bahagia dan senyum saat menginjakkan kaki di Bandara Internasional Haneda Tokyo Jepang pada Senin, 20 Januari 2015. “Assalaamu’alaikum Japan..” kuucapkan setelah turun dari pesawat ANA (NH 856) sembari menghirup udara pagi sejuk nan bersih, serta ucapan rasa syukur pada Rabbku yang telah mengizinkan saya bisa merasakan dinginnya musim fuyu di Jepang.

Menjadi salah satu orang yang beruntung dari Indonesia dalam program Nihongo Taiken Ryokou selama satu minggu adalah buah manis dari kontes yang pernah saya ikuti 27 September 2014 lalu. Terima kasih Kyouritsu International Foundation sebagai pihak penyelenggaranya yang telah mengantarkan kelima pemenang dari Indonesia menuju negara impian.

Sakura di musim Salju dengan latar belakang Tokyo Sky Tree
 

Hari pertama berada di Jepang merasakan atmosfer culture shock, melihat orang Jepang yang begitu disiplin akan waktu. Kebiasaan berjalan kaki setelah turun dari kereta menuju tempat tujuan kurasakan juga sebagaimana orang Jepang pada umumnya. Semua terlihat rapih. Saat berjalan, di Tokyo memiliki aturan bagi pejalan kaki untuk berjalan disebelah kiri sedangkan sebelah kanan hanya untuk orang yang mendahului karena terburu-buru. Berbeda terbalik jika berada di Osaka.

Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Kyouritsu International Foundation. Bersama pemenang lainnya dari Vietnam, Kamboja, Myanmar, Thailand, dan Indonesia tentunya mengikuti pembukaan program Nihongo Taiken Ryokou. Saat pembukaan, kami masing-masing dari setiap negara memberikan sambutan dan memberikan kesan pertama saat tiba di Jepang. Selanjutnya, kami rombongan dari Indonesia mengunjungi Kedutaan Besar Indonesia yang berada di Shinagawa,Tokyo. Malam harinya, kami makan bersama dengan pihak management Kyouritsu. Saat makan, biasa saya dan dua orang muslim dari Indonesia pilih-pilih makanan yang halal, tidak sebebas mereka yang bisa memakan apapun yang dihidangkan di meja makan.

Hari kedua saya berkunjung ke salah satu Kuil bernama Kanda Myoujin masih berada di Tokyo. Sebelum memasuki kuil, sama halnya dengan orang muslim yang melakukan ritual seperti wudhu. Bedanya, disini hanya membasuh kedua tangan dan berkumur. Memasuki kuil ini kujadikan sebagai salah satu pembelajaran kebudayaan Jepang. Setelah itu,mengunjungi Universitas Meiji yang letaknya tidak begitu jauh dari kuil Kanda Myoujin. Melihat betapa megahnya universitas ini, terlintas angan untuk bisa melanjutkan sekolah disini. Hehehe mimpi boleh kan yaa, gratis ko. Kunjungan pada hari itu, tidak selesai sampai di Universitas Meiji saja, berlanjut menuju Kyoritsu Foundation Japanese School. Di sana saya, dan semua kontestan dari kelima negara mengikuti perkuliahan di sekolah itu.

Hari sudah terlihat gelap, Padahal masih jam 5 sore waktu itu. Karena musim dingin, Jepang lebih cepat berganti malam. Badan dan kaki sudah mulai pegal-pegal. Tapi, tak begitu terasa karena menikmati perjalanan sore hari ditemani hujan salju. Selanjutnya, tempat terakhir yang dikunjungi untuk hari itu adalah Studio Foto khusus untuk pemakaian kimono. Yeah, akhirnya pakai kimono juga ^_^ . kalau Yukata mah sudah biasa pakai di kampus saat acara-acara tertentu, lebih simple. Kimono bahannya berbeda, obinya juga lebih lebar. Setelah selesai action dihadapan kamera, tibalah waktunya untuk kembali ke hotel Dormy Inn.

Hanya beberapa menit istirahat untuk melakukan ibadah sholat, saya kembali keluar. Terlanjur membuat janji dengan teman Jepangku Asuka Tachizaki namanya. Dia pernah belajar Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Semarang. Sudah menjadi teman baik, kami bela-belakan untuk bertemu di negara kelahirannya. Hari kedua aktivitas full, ditutup dengan makan malam bersama Asuka dan melihat lebih dekat indahnya Tokyo Sky Tree di malam hari.

Bertemu Asuka San :)
 

Hari ketiga berada di Asakusa, belum kujumpai lebatnya salju. Sempat turun butiran-butiran salju lembut dari langit, membuatku ingin menangkap setiap butiran-butirannya. Namun salju itu selalu saja segera mencair. Beginilah keadaanya, Meskipun tak ada tumpukkan salju di kota ini, udara masih tetap dingin kurasakan. Dari hotel Dormy Inn Asakusa tempatku menginap, pagi harinya kami pindah hotel ke Ko no ha yang ada di Gunma. Perjalanan sekitar 4 jam menggunakan Bus. Setelah tiba disana, subhanallah...

Ciptaan Tuhan yang indah, seindah yang memandangnya hehehe. bisa kulihat hamparan putih salju itu sesuatu banget. Bahkan bisa memegang dan memakannya seperti kakigori (es serut ala Jepang yang biasa diminum saat musim panas). Ya, di tempat Kusatsu International Ski ini memang untuk kami rasakan pengalaman bermain Snowshoe dan Ski bersama teman-teman kelima negara ASEAN ku. Meskipun Snowshoe hanya berjalan kaki menyusuri hutan bersalju, tidak mudah juga ternyata. Terasa agak berat berjalan dengan sepatu khusus untuk Snowshoe ini.

Esok harinya barulah saya mencoba Ski. Waaw... pelatihnya sabar deh ngelatih kita-kita yang baru pertama kali bermain ski. Sesekali saya jatuh, susah untuk bangun :D. Tapi,saat berulang kali berlatih akhirnya bisa juga meluncur dari ketinggian yang engga tinggi-tinggi amat sih,, hehehe. Merasakan dinginnya salju di tempat Ski, pulang ke hotel selalu dimanjakan dengan Onsen (tempat berendam air panas). Untunglah hotel ini, menyediakan private onsen room, kalau tidak ada... mungkin saya takkan pernah bisa merasakannya. Karena onsen pada umumnya itu tempat “pemandian bersama” untuk mandi berendam air panas. Meskipun Pemandian air panas disediakan terpisah untuk pria dan wanita. Tetap saja, yang wanita ya nyampur semua. Malu ah, hehehe. Oh ya, hotel ini bentuknya Ryokan. Jadi, sejenis Japanese hotel gitu. Penginapan dengan fasilitas dan bangunan berarsitektur Jepang ini, menyediakan kamar bergaya Jepang yang berlantaikan tatami. Tidurnyapun menggunakan futon.

Hari berikutnya kami kembali menuju Dormy inn Asakusa. Sebelumnya, mampir terlebih dahulu ke Karuizawa Outlet. Semacam tempat berbelanja dan pusat oleh-oleh. Sampai di hotel sekitar jam 5 sore hari. Sore itu juga, setelah menaruh barang-barang di kamar, kami langsung menuju Sky Tree. Dari stasiun Asakusa, hanya satu stasiun saja dilewati langsung sampai ke tempat tujuan. Sebelumnya, saya dan Asuka Tachizaki sudah pernah melihat lebih dekat Sky Tree di malam hari. Tetapi kali ini, saya mencoba menaiki “Pohon Langit Tokyo” itu untuk melihat keindahan kota Tokyo dari ketinggian 634 meter di waktu senja. Pemandangan yang benar-benar menakjubkan.

Esok harinya, Tibalah waktu yang ditunggu-tunggu karena ada jadwal kegitan bebas. Kumanfaatkan waktu itu untuk bertemu seniorku yang sudah lulus dari UNNES yang sekarang sedang melanjutkan studi di Jepang. Mba Dyah namanya. Wanita cantik yang mengajariku banyak hal tentang menjadi muslim yang tinggal di Jepang. Mengajariku bagaimana pintar-pintarnya mengambil waktu dan tempat sholat di tempat umum, termasuk mengajariku saat memilih makanan yang halal. Ini penting, karena hampir semua makanan yang ada disini menggunakan daging babi.

Saya dan Mba Dyah berkeliling di Asakusa, melihat-lihat bangunan jinja (kuil) yang tempatnya tidak begitu jauh dari hotel. Setelah itu, langsung menuju ke Shibuya. Waah.. Shibuya jauh lebih ramai dibanding Asakusa. Kotanya anak muda banget disini. Tau patung anjing Hachiko? Saya bekesempatan bisa foto disamping patung itu. Kami berkeliling di Shibuya, makan siang dengan harga murah dan halal itu menyenangkan. Dilanjut, berbelanja baju,ke Donki Hote pusat oleh-oleh, dan Hyaku en Shop. Waktu cepat berlalu. 6 jam bersama Mba Dyah rasanya kurang dan masih ingin melihat-lihat yang lainnya tanpa sadar meski kaki sebenarnya sudah terasa pegal-pegal.

 
bersama Mbak Dyah (alumni PBJ UNNES yang sedang studi di Tokyo

Tanggal 26 Januari, sudah waktunya kembali ke negara asal. Huhuhu, berat rasanya. Berat meninggalkan negara indah ini, dan juga berat membawa barang bawaan yang semakin bertambah, hehehe. Alhamdulillah tepat pukul 16:00 saya tiba di Bandara Soekarno Hatta turun dari pesawat ANA (NH855) dan sudah disambut oleh kakak. Seperti baru bangun dari mimpi setelah berada di Jakarta meraskan udara yang sangat panas. Bukan lagi dinginnya Jepang. Satu minggu memang waktu yang sebentar. Tetapi, Nihon wa watashi ni omoshiroi koto o oshiete kuremashita. “Jepang telah memberiku hal-hal yang menarik” Selama satu minggu menikmati suhu dinginnya Jepang, tidak mengurangi rasa syukurku pada Yang Maha Kuasa. Atas IzinNya, dan doa orang tualah yang membersamai hasil prestasi belajarku hingga bisa merasakan musim dingin disana. Salju sudah kujumpai, tapi belum kujumpai Indah mekarnya bunga Sakura. Semoga berkesempatan lagi berkunjung ke Jepang di Musim semi dan mengagumi momiji di musim gugur. ^_^

No comments:

Post a Comment