Friday 2 January 2015

Belajar Siap Menghadapi Dunia Kerja Bersama Alumni

Oleh: Marfu'ah

Foto: Marfu'ah

Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Semarang (Unnes), alumni, beserta dosen mengikuti Seminar Kependidikan bertajuk “Tracer Study dan Lokakarya Bahasa Jepang dalam Dunia Kerja”, di Ruang Bundar Dekanat Fakultas Bahasa dan Seni Unnes, Jum`at (2/1) kemarin.
Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Ai Sumirah Setiawati, S.Pd., M.Pd. dalam sambutannya mengatakan tujuan kegiatan ini adalah selain silaturahim bersama alumni, juga berbagi pengalaman bagaimana menghadapi dunia kerja. “Mahasiswa diharapkan tidak bingung dan mempunyai lebih banyak chansu (kesempatan-red) dalam dunia kerja nantinya,” kata Ai sensei.
Salah satu pembicara seminar kependidikan yang merupakan Ketua MGMP Bahasa Jepang se-Jateng  dan DIY Erwan Kasrianto, S.Pd. mengatakan, meskipun jam bahasa asing di sekolah berkurang karena diterapkan Kurikulum 2013, menurutnya hal tersebut tidak menutup kesempatan Sarjana Pendidikan Bahasa Jepang untuk menjadi guru.
“Kesempatan masih ada, ada peraturan sekolah diharuskan membuka kelas Bahasa, namun karena tidak adanya pengajar, sekolah memilih untuk tidak membuka kelas. Nah, meski tidak ada kelas Bahasa Jepang di sana, lulusan Pendidikan Bahasa Jepang bisa jemput bola dengan melamar langsung ke sekolah,” tuturnya yang juga merupakan alumni Pendidikan Bahasa Jepang, Unnes.


Foto: Shimazu Aki


Dari Guru sampai Berwirausaha
Menurut Pembicara yang bekerja di Lembaga Pemagangan ke Jepang, Jefry Aulia, S.Pd., Lulusan Prodi Pendidikan Bahasa Jepang tidak hanya bisa menjadi guru di sekolah formal, namun juga bisa menjadi guru di sekolah informal. “Bisa seperti saya yang pernah menduduki posisi menjadi tenaga pendidik bagi calon magang ke Jepang, meskipun berbeda keadaan seperti pada sekolah pada umumnya, namun itu adalah kesempatan saya untuk mencari pengalaman baru,” katanya.
Pembicara lain yang bekerja di Perusahaan Jepang  pada bagian Perencanaan Perusahaan dan Penerjemah yaitu Astri Yuliastuti, S.Pd. dan Oky Laksmana Hanggar Kusuma, S.Pd. berpendapat bahwa bekerja pada Perusahaan Jepang selain harus bisa beradaptasi dengan perusahaan juga harus berjiwa tidak mudah menyerah. “Dasar saya belajar Pendidikan Bahasa Jepang, jadi saya tidak pantang menyerah untuk belajar lebih agar profesional menjadi intrepeter,” ungkap Oky.
Tidak hanya Bahasa Jepang, pengusaan bahasa asing lain juga perlu dimiliki oleh pembelajar bahasa asing. Hal tersebut diungkapkan oleh Aldilah Alifany Darrienda, S.Pd. yang  bekerja di salah satu lembaga les privat di Jakarta.  Ia menambahkan, penguasaan  bahasa asing dapat memperluas kesempatan dalam mendapatkan kerja.
Berbeda dengan pembicara lain yang bekerja menjadi guru atau karyawan, Anjar lebih memilih menjadi wirausaha muda. Menurutnya, menjadi wirausaha selain berani untuk gagal tapi juga berani untuk mencoba dan setidaknya jika berhasil dapat menciptakan lapangan kerja. “Meskipun saya tidak merampungkan belajar di Prodi Bahasa Jepang, tapi saya bersyukur dapat belajar banyak hal di kampus,” ungkap pemilik Usaha Kecil Menengah berupa oleh-oleh dan usaha pengiriman barang itu.

Foto: Jefry Aulia


Gali Potensi Diri
Berbicara mengenai peluang kerja, M. Fadly, S.Pd mengungkapkan nilai tambah seseorang menjadikan seseorang itu mendapatkan lebih banyak peluang kerja. ”Stay Hungry, stay foolish,” tutur alumni yang dulu aktif di organisasi dan sekarang selain bekerja di perusahaan Jepang juga merintis usaha katering dan mengelola sebuah laman itu menirukan kata-kata Steve Jobs.

Dosen Prodi Bahasa Jepang Unnes Dra. Rina Supriatnaningsih, M.Pd. menanggapi apa yang telah diungkapkan para pembicara, menurutnya setelah mengikuti seminar ia mengetahui bahwa lulusan Prodi Bahasa Jepang Unnes apapun profesinya itu merupakan pribadi yang pantang menyerah. “Saya sampai ingin menitikan air mata, mendengarkan kehebatan anak didik kami berjuang pada profesi masing-masing,” katanya.

No comments:

Post a Comment